seakan laron mengelilingi cahaya malam
riuh dan hawa 2 derajat menjaga tidurku
Aku merenung di batang gelisah
sore, malam, pagi hanya lewat
bising, tenang, biasa
bahkan sampai terlalu
pekaku tak pernah terangsang
kehangatan sekilas mulai alihkan duniaku
nyaman akan kesalahan
menduga tapi pasti
langit malam harapan tersirat
bintangpun menutupi bentuknya
api, harapan palsu yang selalu menyombongkan diri akan kelebihannya
aku bukan penikmat malam dataran tinggi
teriakan penantian akan dekapan
mata yang selalu tertutup atas keindahan
penikmat laut yang memaksa diri bertemu
alunan pikirannya membangunkanku dr tidur yang tak terbangun
mataku yg sengaja dibuatnya buka tutup
berat dan sedikit terbuka
aku tak pernah sadar akan keindahanku
hingga langit membiarkanku lihat keindahannya
filosofi yg tak mudah dimengerti para hamba
canggung atas minoritas pilihan alam semesta
aku tersipu tapi terbatas
tugasku sekedar melihat dan memastikan keindahannya
tak sanggup kugapai tingginya
tak bisa kuraih angannya
jika memang filosofinya mulai memukauku, mengapa aku hanya dibiarkan terpukau tanpa bisa meraihnya?
sedangkan laut selalu mengundangku untuk terjerumus lebih dalam akannya.
Gunung Papandayan
Sabtu, 15 Juli 2017