Januari,
terlalu banyak pembahasan tentangnya, mainstream bahasa popnya
kali ini aku terkenang akan masa yang lain dari biasa
masa dimana tersentak akan sesuatu yg tak pernah kulakukan
beribu malam dan pagi masih terbayang biasanya
menjelang siang dengan rutinitas mood yang naik turun
pikiranku seakan tertutup akan kenyataan
serba salah disetiap situasi hidup
pintuku tertutup dan terkunci
aku terjebak didalam, memohon lirih dibuka
lirihku hanya gaung
kosong tak tergapai
aku terhenti disuatu malam tersituasi
yang seharusnya, yang nyatanya tidak
trio kondisi mencekam dalam gelap sedikit cahaya
tak digubris, tapi inisiatif
tak dibutuhkan, tapi raga siap
tak peduli, tapi harus
rasanya aku ingin pulang dalam kekalahan
berlari kepada yang membutuhkan
bukan untuk materi dan jiwa
sebuah kenyamanan yang selazimnya
jika seseorang terima perbedaan
panggil aku perubahan
aku yg hanya menyimpan keindahan dari mata dan lensa
aku yg lemah tanpa separuh jiwaku
berusaha berdiri sendiri tanpa siapapun
aku yang terkunci
aku yang diremehkan
aku yang dibanggakan
aku yang dipuji
aku yang selalu marah akan keadaan
aku yang menjauh dari semuanya
aku yang selalu salah
aku yang selalu bantah apapun
aku yang tak punya rasa takut
Cukup angin beserta alam yang menemani
Kawan setia dengarkan keluh kesahku
Izinkan aku keluar dari semua ini
Izinkan aku jauh dari semua ini
Izinkan aku. Tolong.
Jakarta, 15 Januari 2017
Apartemen, 00.06 WIB
Perjalanan petualang diantara alam, hati dan sekitarnya, mengejar dan mencari jati diri. Saya. Pembuat dan penyimpan keindahan melalui mata, lensa dan tulisan.
Sunday, January 15, 2017
Trio
Labels:
adventure,
ainie partono,
aiy partono,
broken,
broken heart,
galau,
januari,
jejak pensil,
kehidupan,
life,
love,
mainstream,
nasib,
om telolet om,
poetry,
puisi,
qurratu ainie partono,
terjebak nostalgia,
traveler
Sunday, January 1, 2017
Harapan
akhir tahun menuju awal tahun
aku berkelana dalam kesuraman
berkelok curam
mencari jati diri
sore begitu gesit menuju malam
pagi yg tak kunjung muncul
mataku memejam
sekujur tubuhku terdiam
berusaha terlelap di keasingan
kenapa kmu
mengganggu jiwa ini berkali-kali
yg selalu membuatku nekad berbuat apapun
org baru silih berganti
seakan miliki jejak petualang yg sudah terpendam lama
aku sesat
aku sesak
aku sakit
jauhnya aku berlari darimu
tak membuat benakku bergerak
bahkan hatiku tertinggal di sana
meratapi dunia maya atasnya
ingin ku bawa semua milikku
dari apapun yg pernah dicurinya
tapi apalah aku
dikorbankan semacam binatang
dibuang seenaknya semacam sampah
si bodoh yg tak pernah memikirkan dirinya
ayam bisa berkokok disetiap pagi
lain denganku
yang hanya bisa memikirkanmu
setiap detiknya
Ya Allah
aku cuma ingin berlari
membawa mimpiku
jiwaku
benakku
kembali padaku
apalagi yg harus kulakukan selain menyembahmu?
bukankah berdoa itu seperti mengayuh sepeda?
Cimaja, 1 Januari 2017
rumah org, 3.38 am
Labels:
adventure; traveler,
ainie partono,
aiy partono,
broken,
broken heart,
galau,
januari,
jejak pensil,
kehidupan,
life,
love,
mainstream,
nasib,
om telolet om,
patah hati,
poetry,
puisi,
qurratu ainie partono,
travelling
Subscribe to:
Posts (Atom)