Friday, February 24, 2017

Hijrah

Langit
aku menunda pagi
diselang kelarutan senja
duduk bersila diantaranya

delapan sebuah sebutan
berlebihan angka sembilan 
suntuk, aku suntuk
gerah menyengat

tak lagi lelah terpelihara
jengah kataku
enggan berlari terbirit
merangkak di penyempitan

bukan terlena
tapi wajib
terpaksa dibodohi
seakan bayi yg minta ditimang

terpuruk di galian
tak satupun tangan diulurkan
hentakan tiba
seakan kosong tak bertumpu

lalu?
aku harus bagaimana Tuhan?
akar merajut, api berdansa
daun jatuh, semut merong rong

apa aku harus,
hijrah sekali lagi?

Jakarta, 24 Feb 2017
mobil, 6.50 pm


Wednesday, February 8, 2017

Api

Imaji
kenangku akan harumnya
selayak cemara bersebelahan
kampungku jiwaku

terlahir dengan sensasi
elemen api dan air menggerutu
bukan kampungan
tapi anak kampung

kelinci meloncat
terpatung akan bahaya
ayam mengancam
bersama elemen api

menggerutu untuk kebodohan
memaki akan kelakuan
memuji bagai muntahan
bibir semanis palu arit

wahai lambang wanita kembar
begitu indah filosofimu
kalajengking pun tak sanggup menyengatnya
binatang itupun menghilang

langit memendam angan
mimpi yg tak akan pernah tergapai
bintang yg tak lagi berpasukan
bulan sendu

hai api
bersahabatlah denganku

Jakarta
kasur, 8 Februari 2017
11.07 pm

Thursday, February 2, 2017

Bersilang

Halo Feb,
bulan cinta yg tak dirayakan
musim hujan belum berganti
begitu juga situasi tak terganti

bersilang ditengah kemauan
merantai pasir dengan alam
menggapai lalu terhempas
semakin jauh dan kuat

aku yg menatap kekosongan
memejam berfikir
langkah menepak getir angin
melirik sinis arogan

aku lengang karna kondisi
tak lagi berdiri dari kehempasannya
lari dan terus berlari
seakan mengejar kehampaan tanpa titik

aku yg tak punya hati
aku yg tak ada arti
aku yg tak peduli
aku yg angkuh

terlena akan kesepian
nyaman akan kekosongan
cinta akan keheningan
dan sayang akan kehampaan

Ya, ini aku
Penikmat perubahan dan kekosongan

Jakarta, 2 Februari 2017
Apart 11.37pm