Friday, October 28, 2016

Terabaikan

Cinta, 
Lantunan lagu tegas menjelaskan
Cinta, aliri darahmu
Cinta, aliri jiwamu

Aku tak pernah mengerti apa artinya
Dan apa rasanya?
Hariku dipenuhi cerita tentang dia
Bersama dgn waktuku

Cinta, apa itu?
Masih juga tak kupahami
Samakah dengan rasa?
Samakah dengan sayang?

Cinta buat mataku tertutup
Cinta buat jiwaku lepas dr tubuhku
Cinta buatku seperempat gila
Cinta, menyesatkan

Aku terjatuh sampe dasar terdalam
Mencari sesuatu untuk naik kembali
Bertaruh nyawa untuk mencapainya
Cinta, aku masih tak mengerti

Berlalunya waktu dgn rasa sesaat
Terus menghilang hingga hasrat telah usai
Cinta, keunikan didlm diriku
Yang selalu mengemis akan dia

Aku tak tau ini sebuah rasa
atau cinta? 
Logikaku menolak untukmu
Akupun mencoba bahagia akan itu

Perjalananku dimulai tanpanya
Terabaikan akan cintanya
Terabaikan olehnya
Terabaikan oleh harapan

Hati ini hanyalah rasa yg diabaikan
Mentalku seakan dimainkan kembali
Cinta, apa maumu?
Salah jika aku memeliharamu di hatiku?

Perang dalam diri ini makin tak usai
Cinta, rasa dan logika
Jiwaku terisolasi
Angannya yg selalu terbayang, masih menggangguku

Aku takut kehilangan mereka
Aku takut menjadi kejam
Aku takut utk mencintai lagi
Aku hanya takut, kehilanganmu

Salahkah jika aku masih tak mengerti cinta?
Atau aku yg salah terlahir didunia dan merasakan cinta?
Cintaku hanya dihargai
Bukan balasan

Cinta,
Biarkan aku selalu menyimpanmu
Dikotak hatiku sampai waktuku nanti
Yang benar-benar tanpamu

jakarta, 28 okt 2016
10.12 pm









Wednesday, October 26, 2016

Kenyataan

Gemuruh pesta sederhana pengalihan benakku
Aku melihat 2 org terbahagia yg terlahir beberapa tahun silam di tanggal ini
Untuk kesekian kali aku dialihkan oleh rumput disekelilingku
Hijau dan segar

Terbayang olehku beberapa bulan lalu
Kembali untuk hari lahirmu
Kembali untuk menyayangimu
Kembali untuk kamu

Senyummu mengikuti seiring pensil jariku
Harumnya tulip warna kesukaanmu merasuk tubuhku
Kamu, yang terbahagia kala itu
Pertengahan tahun, bulan indah bersama kenanganmu

Dan lagi, tentangmu mungkin adalah tantangan bagiku untuk segera kuselesaikan sesalnya
Aku tak sanggup melupakanmu tanpa luka
Begitupun sebaliknya
Kmu tau jika aku selalu sendiri dan tak memiliki apapun untuk dibanggakan

Waktu menggerus, semakin kucoba alihkan pikiranku
September masih saja asing pada tubuh yang meskipun hujan deras,
masih saja meneduhkan rindu dimatanya

Seseorang yg bertahan hidup dari kemampuan melupakan
Malam-malam oktober, akan bantu memilah yang benar-benar milikmu dan yang pura-pura

Kenyataan, ku tak bisa milikimu walaupun sekali lagi
Kenyataan, aku sisipan antara 1 dan 2
Kenyataan, aku orang-orang yg masih menunggu keajaiban
Kenyataan, raga ini sudah tak kmu butuhkan lagi
Dan kenyataan, kmu sudah tak mencariku

Sekali lagi, bahagiaku kmu renggut begitu saja
Dan mudah dibuang
Jika rindu ini menggelora
Sepiku setia menemani
Tanpamu lagi


Jakarta, 25 Oktober 2016
Pukul 11.30 pm

Sunday, October 23, 2016

Penantian

Malam ke 365 hari lebih
Gundah aku dikeramaian sekelilingku
Aku teringat tentangnya
Entah bahagia atau derita

Alam sadarku, alam mimpiku
Semua milikmu, andai kau tau
Aku tak ada nyali lagi utk sebuah pertanyaan

Sesaat aku terlelap akanmu
Sesaat aku terbaring akan bebanku
Sesaat aku terbangun akannya
Tersadar sudah tak ada matahari

Masih gundah rasanya
Ketenangan menjauhiku, sangat jauh
Jantungku berdebar tak lazim
Posisi tergantikan

Aku penikmat kenangan
Aku yg selalu mencintai
Bolehkah aku pergi dari kenyataan ini?
Pernah ku mencoba tuk sembunyi
Namun senyummu, aku tak kuasa diikuti

Kamu terasa dekat, tapi juga jauh
Raga dan hatiku iri akan sebuah status
Penantian tak berujung
Berharap lebih dr pikiran positifku

Kembali tergores karena menunggu
Harafiahnya logika kami tak punya perbedaan
Penampilanku yg mengucilkan
Sebuah rasa yg sama dulu mulai tumbuh

Tuhan,
Punya hak kah aku dipilihnya sekali lagi?
Bolehkah aku bahagia diduniamu Tuhan?
Aku ingin tersenyum
Tariklah aku dr ruang kosong ini

Penantian
Pikiran menggodaku
Siksaan bertubi-tubi dgn menghujam batinku
Malam, kegelapan yg tertunda
Diujung kesedihan tak berujung


Jakarta, 23 oktober 2016
Pukul 10.31 PM

Saturday, October 22, 2016

Pagi Sendu

Pagi ini aku berdiri didpn jendela
Tempat kenangan
Masa yg takkan pernah kulupa
Sendupun dimulai

Kosong, sekosong pikiranku
Bukan sepi kali ini
Bukan hancur
Tapi anganku akan seorang wanita

Aku terjerat pada masa lalu
Roti manis green tea doraemon
Keramaian digedung sebelah
Pertama kali bertemu tanpa rasa

Hampapun tdk kurasa saat itu
Hari-hariku perlahan diisi olehnya
Bersama orang-orang baru disekitarku
Semakin dalam aku dalam lamunan

Indah sekali rasanya
Bebanpun tak berani menghampiri
Takutpun enggan melihat
Musim silih bergantipun tak terasa

Sendu sekali lagi menghampiriku
Apa rasamu sekarang?
Hatiku ternoda dengan cinta terlarang
Terlalu banyak gangguan menghampiriku

Warna yg luar biasa
Mereka melukisku dengan warna kesukaanku
Akupun sudah tak sanggup utk dilukis kembali
Terlalu banyak warna dalam hidupku
Dan menjadi norak

Inginku bangkit
Inginku bangun
Inginku dilukis kembali
Oleh wanita kenangan di masa itu

Namun
Akupun sudah tak sanggup
Untuk berdiri kembali


Jakarta, 21 Oktober 2016
Pukul 8.59 AM Equity Tower

Derita Kamis

Kamis
Hari yg slalu ku nanti
Olahraga kecintaanku
Dan bertemu dgn org yg berpengaruh dlm hidupku

Harapan dgn rasa seperti surga didunia
Tertawa, atas penderitaanku
Lepaskan jiwa, atas pengalihanku
Kesadaranku kembali sekilas

Sebelum tengah malam
Aku tersadar jika itu hanya halusinasi sesaat
The real me, even a second
Akupun terjebak kembali dlm lamunan

Surga yg kembali perlahan menuju neraka
Realita hidup tanpa batas membawaku kembali
Akupun terlupa akan sosokku
Bayanganku yg sebenernya

Manusia bodoh berdiri didpn kaca
Bicara sendiri dengan dirinya
Apa rasamu?
Apa maumu?

Jantungku dihujam kembali
Pikiran kosong
Resiko pilu yg bertepuk sebelah tangan
Hatiku kembali lemah

Kenangan manis sekilas terngiang
Membawaku kembali berlari
Seakan ku dititipkan sebentar dan diambil kembali nanti

Ya Allah
Jika kau balikkan waktu
Kembalikan aku disaat sblm aku terlahir diduniamu

Jakarta, 20 Oktober 2016
Pukul 11.15 PM

Renungan

Ku berlari tanpa tujuan
Dalam kesepian renunganku
Mencintai sendiri
Diujung penantian tiada akhir

Kemana kmu?
Kemana pelarianku?
Hawa nafsu yg selalu ingin berlari
Terhenti karna paksaan

Ombak itu muncul dikegelapan
Suaranya yg menghujam jantungku
Seakan menenggelamkanku perlahan
Dalam dan semakin jauh dr permukaan

Akupun terpuruk
Terdiam dalam gelap, sepi
Sendiri dan tak bisa bangun lagi
Salahkah aku butuh cahaya cintaku sekali lagi?

Wahai renungan
Terpurukku dibawah bulan purnama
Kebahagiaanpun semudah itu kau renggut dalam sekejap
Alih alih sakit bersama

Wahai malam renunganku
Ribuan malam mendewasakanku
Pagiku mengharu biru
Sedih yg tak berujung

Aku ingin bangkit sekali lagi
Dengan rayuan tanganmu
Kelembutan hatimu
Dan ketulusan sikapmu

Wahai renungan
Tolong aku.

Jakarta, 18 Oktober 2016
Pukul 9.36 PM

Status

Untuk kekasih yang takkan pernah kumiliki
Jiwa ini tak seimbang seakan kapal tertabrak karang
Raga ini seakan hancur seketika
Batin dan mental jalan bersama dlm jalanan tanpa ujung

Sebuah rasa yg tak terbendung
Mata ini susah terpejam
Otak yang terus bekerja 48 jam
Hati yang seakan trampolin

Seseorang yg slalu cari aman
Di dpnnya ada seseorang yg slalu pikir pendek, terbalik 360'
Berusaha bersatu dgn realita org ke 3

Sang pemikir pendek sangat kecewa, hatinya patah ke2 kalinya
Tanpa memikirkan si pencari aman
Kata-kata yang tak pantaspun kluar

Yang akhirnya secara sengaja berakhir demi keegoan masing2
terima kasih sudah menemani
365 hari tepat tanggal 5/6 september 2016

Jakarta, 7 September 2016
Pukul 1.39 AM

Friday, October 21, 2016

Jejak Pensil Setelahnya

Hujan turun menyelimuti ibukota
Gelap tapi jauh dari sepi
Gitarku berdiri tegak dipojok kamarku
Tumpukan kertas dan buku yang hanya diam
Seperti aku yang terdiam diselimuti

Bercerita tentang masamu dan masaku
Ketika akan menjadi satu
Yang akhirnya satu

Kamu, yang buatku bangkit
Kamu, yang menyeretku dari kegelapan
Kamu, yang selalu ada
Kamu, yang buatku hidup

Andai bicara itu semudah memetik gitar
Andai memandangmu itu semudah menulis
Andai menyentuhmu itu semudah memotret
Dan andai kamu punyaku selamanya

Jakarta, 21 Juni 2016
Pukul 11:07 PM

Jejak Pensil Selanjutnya

Perempuan datang dan pergi dihampir setiap musimnya
Perempuan datang dan pergi dari pesinggahan ternyamannya
Perempuan datang dan pergi mencari jati dirinya

Seakan arus laut menariknya hingga samudra
Biru, kelam, sepi tak ada kehidupan
Ditemani milyaran plankton
Dan hanya ratusan plankton yang dilahap paus

Ada apa dengannya?
Ada apa dengan dunianya?
Haruskah dia tenggelam bersama milyaran plakton?
Yang pada akhirnya mati dilahap paus

Pencarian berlajut hingga dasarnya
Seakan ada suatu tuntutan yg haru diraih
Semakin sepi, gelap ditemani makhluk dasar laut yang muncul satu persatu
Seakan mengemis dipilih

Semakin jauh dari cahaya, dingin, oksigen menipis
Harapan bertemu ikan purba yang legendaris, mencari laksana kesetanan
Panik
Oksigen menipis
Serangan yang tiba-tiba muncul dr dasar laut

Lupa akan bentuk permukaan
Lupa bentuk cahaya
Lupa dunia
Lupa tempat ternyamannya
Pengorbanan seorang perempuan demi kepentingan orang lain
Selalu begitu

Diapun buta dan lupa bahwa dirinya itu indah
Makhluk Tuhan yang paling sempurna
Diciptakan untuk mencinta

Diapun tersadar akan dirinya hampir mati
Berharap ada penyu lewat di tempat segelap itu
Agar bisa membawanya ke permukaan kembali

Cari penyu itu sebelum waktu habis
Terima kasih untuk semuanya
Maafkan aku.

Jakarta, 24 Agustus 2016
Pukul 12.43 AM Apartemen

Jejak Pensil Pertamanya

Jakarta
Ibukota terlaknat yang pernah aku tinggali
Sedikitpun tak terpikir olehku untuk singgah disana sekali lagi

Pikiranku sejenak terhenti di musim hujan kala itu
Keputusan untuk singgah di ibukota terlaknat itupun muncul
Aku ragu
Aku takut
Aku tak yakin

Pertahananku rapuh saat itu
Hanya sepi dan suara menemaniku
Lantunan lagu mengiringi
Mengulang dan selalu mengulang disetiap purnama

Gelap mulai menyelimuti ibukota
Tapi malam itu, purnama sangat terang
Diikuti angin yang berhembus pelan
Kerapuhanku perlahan hilang

Sadar akan suara dan sepi yang selalu menemaniku
Sedikit dan banyak pada akhirnya
Mengganggu pikiranku
Lagi dan lagi

Sejenak jiwa ini terperangkap didalam gelap
Terangnya purnama perlahan menggiringku ke keramaian
Mencari ada apakah gerangan?

Mataku seakan terbuka lebar
Tersadar oleh cahaya purnama
Sesosok calon ibu berdiri didepanku
Mata yang berhasil membuatku tak berkedip
Sentuhan tangannya yang lembut mengalihkan rasa

Hari berganti, musimpun mengikuti
Kerapuhanku semakin kokoh
Bahkan menjelma jadi kuat
Sayang tak disayang
Lidi itu menancapkan kepedihan
Dan kembali menjadi pohon sono yang tak mudah patah dimusim panas pertengahan tahun itu

Rapuhpun kembali menyapaku
Diatas kekokohan pohon sono itu
Seperti sekedarnya calon ibu itu lewat didepan ragaku
Dan berdiri didepanku

Keseimbanganku goyah sejenak
Ketakutan sekilas melirikku
Seakan bernafsu menculik wanitaku

Akupun kembali disapa sepi dan suara
Kali ini tidak dalam gelap
Pikiran sedikit membunuhku
Kedewasaan berusaha melantunkan lagu yang indah di jiwaku

Tepat satu malam awal pertengahan tahun
Keterlibatannya di hidupku sedikit acak
Bulan mulai redup, semakin gelap
Rapuh, rapuh dan rapuh

Sentuhannya sekali lagi membangkitkanku
Akupun tertampar
Berdiri tegak dalam sepi
Keyakinan menghasutku
Membiarkanmu pergi dalam gelap diiringi cahaya purnama itu

Semoga yang terbaik. Semoga. Semoga.

Jakarta, 5 Mei 2016
Pukul 7:59 AM