Friday, February 24, 2017

Hijrah

Langit
aku menunda pagi
diselang kelarutan senja
duduk bersila diantaranya

delapan sebuah sebutan
berlebihan angka sembilan 
suntuk, aku suntuk
gerah menyengat

tak lagi lelah terpelihara
jengah kataku
enggan berlari terbirit
merangkak di penyempitan

bukan terlena
tapi wajib
terpaksa dibodohi
seakan bayi yg minta ditimang

terpuruk di galian
tak satupun tangan diulurkan
hentakan tiba
seakan kosong tak bertumpu

lalu?
aku harus bagaimana Tuhan?
akar merajut, api berdansa
daun jatuh, semut merong rong

apa aku harus,
hijrah sekali lagi?

Jakarta, 24 Feb 2017
mobil, 6.50 pm


No comments:

Post a Comment